SOLOPOSCOM - Telaga Warna Dieng Plateau, 2012. (Jimmy McIntyre via Wikimedia) Solopos.com, WONOSOBO — Asal-usul Kawasan Dataran Tinggi Dieng yang berada di tengah-tengah Pulau Jawa, sebagian besar masuk wilayah Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara, Jawa Tengah. Dieng juga disebut dengan Dihyang yang berasal dari bahasa Jawa Kuno; di berarti
Asalusul Baturraden berkenaan dengan legenda atau cerita rakyat yang cukup populer di kalangan masyarakat. Legenda tersebut berisikan kisah cinta beda kasta yang terhalang restu orang tua. Menurut cerita yang beredar di masyarakat, asal usul Baturraden ini bermula dari kisah cinta antara Suta dan seorang putri raja.
Keunikankhas yang menyertainya yaitu permukaan airnya yang dapat berubah-ubah warnanya. Warna yang terlihat di danau tersebut berasal dari bayangan tanaman di sekitar telaga dan juga berbagai jenis tanaman ganggang yang ada di dalam telaga. Karena bayangan itulah, telaga ini disebut dengan telaga warna.
TelagaWarna yang terletak di Jawa Barat memiliki kisah, cerita dan legenda asal usulnya yang menarik. Setiap hari Jumat, bergabunglah dengan RIRI Cerita Anak Interaktif. Menyajikan cerita anak, legenda dan kisah-kisah inspiratif yang diangkat dari berbagai sumber ke dalam bentuk audio interaktif. Apakah ingin mendengarkan cerita rakyat dan fabel bersama keluarga? Menemani tidur anak dan
Warnaitu berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, dan langit di sekitar telaga. Namun orang mengatakan, warna-warna itu berasal dari kalung Putri yang tersebar di dasar telaga. Comments comments Tags: anak nakal, asal usul, cerita anak, danau telaga, Jawa Barat, kerajaan, legenda
LokasiTelaga Warna yang terletak di wilayah Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah mampu menarik perhatian wisatawan. Betapa tidak, Telaga Warna ini memiliki keunikan tersendiri seperti pada permukaannya yang selalu berubah-ubah warna. Sesekali berwana hijau dan di waktu yang lain berubah menjadi putih kekuningan
XjjFDNJ. Telaga sebenarnya adalah istilah lokal yang dipergunakan untuk memberikan nama cekungan daratan yang terisi air ketika musim penghujan dan menjadi ekosistem perairan yang menggenang. Selain itu telaga juga dapat diartikan sebagai badan air yang terus ada untuk jangka waktu yang cukup lama dimana partikel-partikel yang mengendap di dalamnya dapat dimanfaatkan oleh komunitas produsen primer yaitu fitoplankton untuk berfotosintesis. Telaga terlihat seperti semacam danau yang kecil dimana sinar matahari bahkan dapat mencapai dasarnya. Berdasarkan prosesnya secara umum telaga terbentuk secara alami karena peristiwa vulkanik dan tektonik. Didaerah karst telaga terbentuk karena topografi daerah karst yang secara alamiah terdapat cekungan sehingga akan tergenang air ketika musim penghujan. Struktur Telaga Warna Struktur perairan telaga dapat dibedakan berdasarkan wilayahnya, yaitu horisontal dan vertikal. Wilayah horisontal dibagi menjadi dua yaitu Zona Litoral Zona Litoral berfungsi menyuplai materi organik ke dalam telaga. Ciri-ciri dari zona ini adalah Berbatasan langsung dengan pinggiran Banyak ditumbuhi oleh tumbuhan air Kedalamnannya relatif dangkal Smith dan Thomas, 2000 Cahaya matahari mampu menembus dengan optimal Zona Limnetik Zona Limnetik merupakan daerah yang terletak di tengah perairan atau telaga yang merupakan badan air yang terpapar langsung cahaya tanpa penghalang. Organisme yang terbanyak ditemukan di daerah ini adalah zooplankton dan fitolankton. Odum,1996 Sejarah, Legenda dan Asal Usul Telaga Warna Pada zaman dahulu, terdapat sebuah kerajaan di Jawa Barat bernama Kutatanggeuhan. Kutatanggeuhan ialah kerajaan yang makmur dan juga damai. Rakyatnya hidup tenang dan sejahtera karena dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana, bernama Prabu Suwartalaya dan permaisurinya bernama Ratu Purbamanah. Raja dan ratu sangatlah bijaksana sehingga kerjaan yang dipimpin bisa menjadi kerajaan yang makmur dan tenteram. Semua sangat membahagiakan. Namun sayangnya, Prabu dan istrinya belum dikaruniai seorang anak. sehingga membuat pasangan kerajaan itu sedih. Penasehat Prabu menyarankan, supaya mereka mengangkat untuk mengangkat anak. Tetapi Prabu dan Ratu tidak menyetujui saran tersebut. “Buat kami, anak kandung lebih baik dari pada anak angkat,” jawab mereka. Ratu Murung Ratu sering murung dan juga menangis. Sampai Prabu pun ikut bersedih melihat istrinya. kemudian Raja pergi ke hutan untuk tujuan bertapa. Di sana sang Prabu terus berdoa, supaya mereka dikaruniai anak. Beberapa bulan kemudian, keinginan mereka akhirnya terkabul. Ratu telah hamil. Seluruh rakyat di kerajaan itu merasa senang sekali sampai mereka membanjiri istana dengan hadiah. Sembilan bulan kemudian, Ratu melahirkan seorang putri yang diberinama dengan Gilang Rukmini . Penduduk negeri pun kembali mengirimi putri kecil itu dengan aneka hadiah. Bayi itu tumbuh menjadi anak yang sangat lucu. Beberapa tahun kemudian ia menjadi remaja yang cantik. Prabu dan Ratu begitu menyayangi putrinya. Mereka memberikan anaknya apa pun yang dia inginkan. Akan tetapi itu membuatnya menjadi seorang gadis yang manja. Apabila keinginannya tidak terpenuhi, maka gadis itu akan marah bahkan sering berkata kasar. Meskipun begitu, orangtua beserta rakyat di kerajaan masih mencintainya. Hari begitu cepat berlalu, Putri tumbuh menjadi seorang gadis tercantik di seluruh negeri. Menginjak usia Putri akan 17 tahun. Maka para penduduk negeri itu pergi ke menuju istana. Mereka membawa banyak aneka hadiah yang sangat indah. Prabu mengumpulkan hadiah-hadiah tersebut, untuk menyimpannya dalam ruangan istana. Sewaktu-waktu, ia bisa memakainya untuk kepentingan rakyat. Prabu hanya mengambil sedikit emas dan juga permata. Ia membawanya ke ahli perhiasan dan berkata “Tolong, buatkan kalung yang sangat indah untuk putriku,”. “Dengan senang hati, Yang Mulia,” jawab ahli perhiasan. Kemudian Ia mulai bekerja sebaik mungkin, dan dengan sepenuh hati. Ia ingin membuat kalung yang paling indah di dunia, dikarenakan ahli perhiasan ini begitu menyayangi Putri. Ulang Tahun Putri Hari ulang tahun putri pun tiba. Para penduduk negeri berkumpul disekitar alun-alun istana. Ketika Prabu dan Ratu datang, orang menyambutnya dengan rasa gembira. Sambutan hangat makin terdengar, ketika Putri yang cantik jelita terlihat di hadapan semua orang yang mengagumi kecantikannya. Prabu lalu bangkit dari kursinya dan sudah memegang sebuah Kalung yang indah. “Putriku tercintaku, hari ini aku berikan kalung ini untukmu. Kalung ini pemberian orang-orang dari penjuru negeri. Mereka begitu mencintaimu. Mereka memberikan hadiah ini, karena mereka gembira melihatmu tumbuh menjadi dewasa. Pakailah kalung ini, Nak,” kata Prabu. Putri menerima kalung tersebut. Lalu ia melihat kalung itu sekilas dan berkata “Aku tak mau menggunakannya. Kalung ini jelek!”. Kemudian ia melemparkan kalung itu sehingga Kalung yang indah itu pun menjadi rusak. Emas serta permatanya tersebar di lantai. Kejadian Itu sungguh mengejutkan. Tidak ada seorang pun yang menyangka, Putri akan bertindak seperti itu. Tidak ada seorang pun yang bicara. Suasana menjadi hening. Dengan tiba-tiba tangis Ratu Purbamanah terdengar. Dia merasa sangat sedih melihat kelakuan dari putrinya. Akhirnya semua pun ikut meneteskan air mata, sampai istana pun basah karena air mata mereka. Mereka terus menangis sampai air mata mereka membanjiri istana, dan tiba-tiba saja dari dalam tanah keluar air yang sangat deras, yang semakin lama semakin banyak. Yang pada akhirnya kerajaan Kutatanggeuhan tenggelam dan terciptalah sebuah danau yang sangat indah. demikianlah artikel dari mengenai Asal Usul Telaga Warna Pengertian, Struktur, Legenda Beserta Sejarahnya, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semuanya.
Telaga Warna Dieng adalah salah satu objek wisata yang berada di kawasan Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Telaga ini merupakan salah satu destinasi wisata andalan Kabupaten Wonosobo. Nama Telaga Warna sendiri diberikan karena keunikan fenomena alam yang terjadi di tempat ini, yaitu warna air dari telaga tersebut yang sering berubah-ubah. Terkadang telaga ini berwarna hijau dan kuning atau berwarna warni seperti pelangi. Fenomena ini terjadi karena air telaga mengandung sulfur yang cukup tinggi, sehingga saat sinar Matahari mengenainya, maka warna air telaga tampak berwarna warni Legenda Dari Jawa Barat Jaman dahulu ada sebuah kerajaan di Jawa Barat bernama Kutatanggeuhan. Kutatanggeuhan merupakan kerajaan yang makmur dan damai. Rakyatnya hidup tenang dan sejahtera karena dipimpin oleh raja yang bijaksana. Raja Kutatanggeuhan bernama Prabu Suwartalaya dan permaisurinya bernama Ratu Purbamanah. Sayang Prabu dan Ratu belum dikaruniai keturunan sehingga mereka selalu merasa kesepian. Rakyat pun sangat mengkhawatirkan keadaan ini, karena siapa yang akan menggantikan Prabu dan Ratu kelak? Akhirnya Raja memutuskan untuk bersemedi. Dia pergi ke gunung dan menemukan sebuah gua. Disanalah dia bersemedi, berdoa kepada Tuhan supaya dikaruniai keturunan. Setelah berhari-hari Prabu Suwartalaya berdoa, suatu hari tiba-tiba terdengar suara gaib. “Benarkah kau menginginkan keturunan Prabu Suwartalaya?” kata suara gaib tersebut. “Ya! Saya ingin sekali memiliki anak!” jawab Prabu Suwartalaya. “Baiklah! Doamu akan terkabul. Sekarang pulanglah!” kata suara gaib. Maka Prabu Suwartalaya pun pulang dengan gembira. Benar saja beberapa minggu kemudian, Ratu pun mengandung. Semua bersuka cita. Terlebih lagi ketika sembilan bulan kemudian Ratu melahirkan seorang putri yang cantik. Dia diberi nama Putri Gilang Rukmini. Prabu Suwartalaya mengadakan pesta yang meriah untuk merayakan kelahiran putri mereka. Putri Gilang Rukmini pun menjadi putri kesayangan rakyat Kutatanggeuhan. Beberapa tahun telah berlalu, putri Gilang Rukmini tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita. Sayang putri Gilang Rukmini sangat manja dan berperangai tidak baik, mungkin karena Prabu dan Ratu sangat memanjakannya. Maklumlah anak semata wayang. Apapun yang diminta oleh putri pasti segera dituruti. Jika tidak putri akan sangat marah dan bertindak kasar. Namun rakyat tetap mencintainya. Mereka berharap suatu hari perangai putri akan berubah dengan sendirinya. Seminggu lagi putri Gilang Rukmini akan berusia tujuh belas tahun. Prabu Suwartalaya akan mengadakan pesta syukuran di istana. Semua rakyat boleh datang dan memberikan doa untuk putri Gilang Rukmini. Rakyat berkumpul dan merencanakan hadiah istimewa untuk putri kesayangan mereka. Akhirnya disepakati bahwa mereka akan menghadiahkan sebuah kalung yang sangat indah. Kalung itu terbuat dari emas terbaik dan ditaburi batu-batu permata yang beraneka warna. Maka rakyat dengan sukarela menyisihkan uang mereka dan mengumpulkannya untuk biaya pembuatan hadiah tersebut. Mereka memanggil pandai emas terbaik di kerajaan untuk membuatnya. Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu datang juga. Rakyat berduyun-duyun datang ke halaman istana tempat pesta ulang tahun putri Gilang Rukmini diadakan. Di depan istana sudah berdiri sebuah panggung yang megah. Rakyat bersorak-sorai saat Prabu dan Ratu menaiki panggung. Apalagi ketika akhirnya putri Gilang Rukmini keluar dari istana dan melambaikan tangannya. Rakyat sangat gembira melihat putri yang cantik jelita. Pesta pun berlangsung dengan meriah. Kini tiba saatnya rakyat mempersembahkan hadiah istimewa mereka. Mereka memberikan kotak berisi hadiah itu kepada putri Gilang Rukmini. Prabu Suwartalaya membuka kotak tersebut dan mengeluarkan kalung beraneka warna yang sangat indah dan memberikannya kepada putri Gilang Rukmini. putri Gilang Rukmini memandang kalung itu dengan kening berkerut. Prabu Suwartalaya memandang putrinya, “Ayo nak, kenakan kalung itu! Itu adalah tanda cinta rakyat kepadamu. Jangan kecewakan mereka nak!” “Iya putriku. Kalung itu sangat indah bukan. Ayo kenakan! Biar rakyat senang,” kata Ratu Purbamanah. “Bagus apanya? Kalung ini jelek sekali. Warnanya norak, kampungan! Aku tidak mau memakainya!” teriak putri Gilang Rukmini. Dia membanting kalung itu ke lantai hingga hancur. Prabu Suwartalaya, Ratu Purbamanah dan rakyat Kutatanggeuhan hanya bisa tertegun menyaksikan kejadian itu. Lalu tangis Ratu Purbamanah pecah. Dia sangat sedih melihat kelakuan putrinya. Akhirnya semua pun meneteskan air mata, hingga istana pun basah oleh air mata mereka. Mereka terus menangis hingga air mata mereka membanjiri istana, dan tiba-tiba saja dari dalam tanah pun keluar air yang deras, makin lama makin banyak. Hingga akhirnya kerajaan Kutatanggeuhan tenggelam dan terciptalah sebuah danau yang sangat indah. Kini danau itu masih bisa kita temui di daerah Puncak, Jawa Barat. Danau itu dinamakan Telaga Warna, karena jika hari cerah, airnya akan memantulkan cahaya matahari hingga tampak berwarna-warni. Katanya, itu adalah pantulan warna yang berasal dari kalung putri Gilang Rukmini. Sejarah Telaga Warna Zaman dahulu, ada sebuah kerajaan di Jawa Barat bernama Kutatanggeuhan. Kutatanggeuhan merupakan kerajaanbijaksana. Raja Kutatanggeuhan bernama Prabu Suwartalaya dan permaisurinya bernama Ratu Purbamanah. Raja dan ratu sangant bijaksana sehingga kerjaan yang dipimpin makmur dan tenteram. yang makmur dan damai. Rakyatnya hidup tenang dan sejahtera karena dipimpin oleh raja yang Semua sangat menyenangkan. Sayangnya, Prabu dan istrinya belum memiliki anak. Itu membuat pasangan kerajaan itu sangat sedih. Penasehat Prabu menyarankan, agar mereka mengangkat anak. Namun Prabu dan Ratu tidak setuju. “Buat kami, anak kandung adalah lebih baik dari pada anak angkat,” sahut mereka. Ratu sering murung dan menangis. Prabu pun ikut sedih melihat istrinya. Lalu Prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Di sana sang Prabu terus berdoa, agar dikaruniai anak. Beberapa bulan kemudian, keinginan mereka terkabul. Ratu pun mulai hamil. Seluruh rakyat di kerajaan itu senang sekali. Mereka membanjiri istana dengan hadiah. Sembilan bulan kemudian, Ratu melahirkan seorang putri yang diberinama Gilang Rukmini . Penduduk negeri pun kembali mengirimi putri kecil itu aneka hadiah. Bayi itu tumbuh menjadi anak yang lucu. Belasan tahun kemudian, ia sudah menjadi remaja yang cantik. Prabu dan Ratu sangat menyayangi putrinya. Mereka memberi putrinya apa pun yang dia inginkan. Namun itu membuatnya menjadi gadis yang manja. Kalau keinginannya tidak terpenuhi, gadis itu akan marah. Ia bahkan sering berkata kasar. Walaupun begitu, orangtua dan rakyat di kerajaan itu mencintainya. Asal Usul Telaga Warna Alkisah Pada Zaman dahulu kala, terdapat sebuah kerajaan di Jawa Barat bernama Kutatanggeuhan. Kutatanggeuhan adalah kerajaan yang makmur dan damai. Rakyatnya hidup tenang serta sejahtera karena dipimpin oleh raja yang bijaksana. Raja Kutatanggeuhan bernama Prabu Suwartalaya serta permaisurinya bernama Ratu Purbamanah. Raja dan ratu sangatlah bijaksana sampai kerjaan yang dipimpin makmur dan tenteram. Semua sangat menyenangka Sayangnya, Prabu dan istrinya belum dikaruniai anak. Hal tersebut membuat pasangan kerajaan itu sangat sedih. Penasehat Prabu menyarankan, supaya mereka mengangkat anak. Tetapi Prabu dan Ratu tidak setuju. Buat kami, anak kandung merupakan lebih baik dari pada anak angkat, kata mereka. Ratu sering murung dan menangis Prabu pun ikut sedih melihat istrinya itu. Kemudian Prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Di sana Prabu terus meminta berdoa, supaya dikaruniai anak. Beberapa bulan kemudian, keinginan tersebut terkabul. Ratu pun mulai hamil. Seluruh rakyat di kerajaan itu ikut senang. 9 bulan kemudian, Ratu melahirkan seorang putri yang diberi nama Gilang Rukmini . Penduduk negeri juga kembali mengirimi putri kecil itu aneka hadiah. Bayi tersebut tumbuh menjadi anak yang lucu. Belasan tahun kemudian, dia sudah menjadi remaja yang cantik. Prabu dan Ratu sangat menyayangi putrinya. Mereka memberi putrinya apa saja yang dia inginkan. Tetapi itu membuatnya menjadi gadis yang manja. Kalau keinginannya tak terpenuhi, gadis tersebut akan marah. Dia bahkan sering berkata kasar. Meskipun begitu, orangtua dan rakyat di kerajaan itu mencintainya. Hari berlalu, Putri pun tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik di seluruh negeri. Dalam beberapa hari, Putri akan menginjak usia 17 tahun, Maka para penduduk di negeri itu pergi ke istana, Mereka membawakan aneka hadiah yang sangat indah. Prabu mengumpulkan hadiah-hadiah yang sangat banyak itu, kemudian menyimpannya dalam ruangan istana. Sewaktu-waktu, dia bisa memakainya untuk kepentingan rakyat. Prabu hanya mengambil sedikit emas dan juga permatadia membawanya ke ahli perhiasan. Tolong, buatkan kalung yang sangat indah untuk putriku, kata si Prabu. Dengan senang hati, Yang Mulia kata ahli perhiasan. Dia kemudian bekerja dengan sebaik mungkin, dengan sepenuh hati. Dia ingin menciptakan kalung yang paling indah di dunia, karena dia sangat menyayangi Putri. Hari ulang tahun pun tiba,Penduduk negeri berkumpul di taman istana. Saar Prabu dan Ratu datang, orang menyambutnya dengan gembira. Sambutan hangat semakin terdengar, saat Putri yang cantik jelita muncul di hadapan semua orang. Semua orang mengagumi kecantikannya itu. Prabu kemudian bangkit dari kursinya. Kalung yang indah telah dipegangnya. Putriku tercinta, hari ini aku berikan kalung ini padamu. Kalung ini adalah pemberian orang-orang dari penjuru negeri Mereka sangat mencintaimu. Mereka mempersembahkan hadiah ini, karena mereka senang melihatmu tumbuh jadi dewasa. Pakailah kalung ini, Nak kata si Prabu. Putri menerima kalung itu,Kemudian dia melihat kalung itu sekilas. Aku tak mau memakainya,Kalung ini jelek! kata Putri. Kemudian dia melempar kalung itu,Kalung yang indah itu pun rusak,Emas dan permatanya berserakan di lantai. Hal tersebut sangat mengejutkan Tak seorang pun menyangka Putri akan berbuat semacam itu. Tak ada seorang pun bicara,Suasana hening .Tiba-tiba meledaklah tangis Ratu Purbamana, Dia sangat sedih melihat kelakuan putrinya,Akhirnya semua juga meneteskan air mata, sampai istana pun basah oleh air mata mereka. Mereka terus menangis sampai air mata mereka membanjiri istana, dan tiba-tiba saja dari dalam tanah pun keluar air yang sangat deras, makin lama makin banyak. Sampai akhirnya kerajaan Kutatanggeuhan tenggelam serta terciptalah sebuah danau yang sangat indah. Di hari yang cerah kita bisa melihat danau itu dipenuhi warna yang indah dan mengagumkan. Warna tersebut berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, serta langit di sekitar telaga. Tetapi orang mengatakan, warna-warna itu berasal dari kalung Putri yang berserakan di dasar telaga. Misteri Telaga Menjer Telaga menjer merupakan obyek wisata yang terletak 5 Km dari Pusat kota Wonosobo, Kawasan pariwisata Telaga Menjer ini memanfaatkan potensi alam berupa telaga dengan keindahan alam pegunungan disekitarnya. Telaga menjer disamping diupayakan untuk kawasan pariwisata, juga dimanfaatkan untuk pembangkit listrik Tenaga air PLTA dengan demikian disamping kelestarian alamnya yang harus dilindungi kondisi lingkunganya juga harus dijaga terhadap pencemaran lingkungan terutama pencemaran sampah. Telaga menjer, sebuah telaga yang berbentuk kerucut dengan kedalaman 147 m. Dizaman Ratu Pramodhawardhani abad VII-VIII M sekitar awal tahun1980 telaga ini pernah dikuras, karena disinyalir pada bagian bawahnya ada kebocoran. Tenaga ahli yang menguras air telaga itu di datangkan dari Rusia, yang kemudian dilanjutkan oleh tenaga ahli dari Jepang dalam rangka pembuatan pembangkit listrik tenaga air. Alasan pengurasan air telaga itu, air dari dua aliran sungai diatasnya yang ditampung di telaga Menjer selama 2 x 24 jam air tersebut tidak bisa masuk kedalam terowongan dan sama sebelum air dari dua sungai itu dimasukkan kedalam telaga, yaitu 25 cm dibawah tepian. Terlepas dari debut air yang masuk ke dalam telaga, bahwa telaga Menjer merupakan sebuah obyek wisata yang mengasyikan, karena berada di ketinggian 700 dpl dengan suhu 22-27 derajat celsius. Telaga warna menyimpan sebuah misteri / mitos yang masih di percaya sebagaian masyarakat Wonosobo, yaitu “Apabila ada sepasang kekasih yang berkunjung ketelaga warna, di yakini hubunganya akan segera berakhir / putus”. Sampai dengan sekarang sepasang kekasih menolak untuk berkunjung ke Telaga Warna pasalnya dihantui ketakukan akan mitos itu. Naskah Drama Telaga Warna Babak 1 Narator Dahulu kala, terdapat sebuah kerajaan yang sangat tentram dan makmur di Jawa Barat. Kerajaan itu di pimpin oleh seorang raja yang baik dan bijaksana. Tak heran, kalau negeri itu makmur dan tenteram. Tak ada penduduk yang lapar di negeri itu. Raja itu dipanggil Raja Prabu. Tetapi keluarga kerajaan itu tidak memiliki seorang anakpun. Penasehat Prabu menyarankan agar raja dan ratu untuk mengangkat seorang anak. Panasehat “ Yang mulia, hamba sarankan agar Yang Mulia mengangkat seorang anak saja.” Raja Prabu “ Tidak! Bagi kami anak kandung adalah lebih baik daripada anak angkat.” Babak 2 Narator Sang Ratu sering murung dan menangis di balkon istana. Sang Rajapun ikut sedih melihat istrinya menangis. Raja Prabu “ Sudahlah bu kita akan memiliki seorang anak kelak nanti.” Ratu “ Ya tentu saja Tuanku.” Babak 3 Narator Sehingga, suatu hari Raja Prabu hendak pergi ke hutan untuk berdoa agar dikaruniai seorang anak. Raja Prabu “ Aku akan pergi ke hutan untuk berdoa.” Ratu “ Baiklah. Hati- hati di hutan tuanku. ” Babak 4 Narator Setelah beberapa bulan kemudia semenjak Raja Prabu berdoa di hutan, permohonan sang Rajapun terkabul, Sang Ratu mulai hamil. Ratu “ Prabu, aku hamil…” dengan wajah yang berseri- seri. Raja Prabu “ Benarkah itu???” dengan nada yang sedikit tak percaya. Ratu “ Ya benar.. Saya sudah ke tabib istana dan tabib mengatakan bahwa saya hamil.” Raja “ Benarkah?? Ini akan menjai kabar yang paling indah di kerajaan kita.” Babak 5 Narator Setelah 9 bulan lamanya Ratu mengandung, Ratupun melahirkan seorang Putri yang sangat cantik Putri itu diberi nama Nirwarna. Pndudukpun banyak mengiriminya mainan untung sang putrid. Ratu “ Lihatlah anak kita dia sangat lucu dan cantik, saya berharap agar dia tumbuh menjadi seorang putri yang cantik dan baik hati seperti wajahnya.” Raja Prabu “ Ya.. Saya yakin putri kita akan tumbuh menjadi putri yang sangat cantik dan baik hati.” Babak 6 Narator Kasih saying Raja dan Ratu yang selalu memberikan apapun yang diingini oleh Sang putri telah membuat anak itu tumbuh menjadi seorang Putri yang sangat manja. Bila keinginan sang Putri tak dikabulkan maka ia akan marah dan tak jarang dia berkata kasar kepada orang tuanya. Tetapi masyarakat dan orang tuanya masih tetap mencintainya. Purti “Bunda aku mau seekor kuda!!” Ratu “ Kita sudah memiliki banyak kuda di peternakan sayang.” Putri “ Tidak aku tidak mau yang ada di peternak! Aku mau kuda berwarna putih dengan bulu yang indah.” Ratu “ Kau sudah memilki 54 kuda. Bermainlah dengan kudamu yang sudah ada sayang.” Putri “ tidak aku tidak mau, dasar kau orang tua pelit.” Ratu “ Ahhh… Sayang apa yang kau katakan.” Putri “ Huh, dasar orang tua yang tak berguna.” Hikayat Talaga Warna, Bogor Zaman dahulu kala, wilayah Puncak, Bogor ini adalah sebuah kerajaan yang makmur. Kerajaan ini bernama Kutatanggeuhan. Dipimpin oleh seorang Raja yang Adil bijaksana, bernama Prabu Suarnalaya dengan permaisurinya bernama Purbamanah. Di bawah kepemimpinannya rakyat hidup sejahtera, karena memang alam yang subur telah memberi kehidupan yang layak buat semua masyarakat. Di tengah semua kemakmuran dan kebahagiaan rakyatnya, sesunggunya Raja sedang merasa risau dan sedih. Perkawinan nya yang sudah memasuki tahun ke-20 tidak juga di beri keturunan. Berbagai macam cara telah di lakukan oleh semua cerdik pandai di negeri Kutatanggeuhan. Akhirnya mereka semua menyerah dan menyarankan Raja untuk mengangkat anak saja sebagai penerusnya. Namun Raja menolak semua saran ini. Akhirnya Prabu Suarnalaya memutuskan untuk bertirakat dan bertapa selama beberapa lama di Puncak Gunung Gede. Di hari kedua, datang seorang malaikat menyapanya, “Wahai prabu Suarnalaya, sebaiknya kamu pulang saja, nasib mu sudah di putuskan, tidak akan ada keturunan darimu. Kamu sebaiknya mengangkat anak saja”. Sang Raja sangat marah mendengar ini.” Wahai malaikat, kenapa aku tidak diberi keturunan, bukankah selama ini aku selalu berbuat baik?” serunya. Malaikat tidak memperdulikannya dan segera pergi. Sang Raja termenung di pertapaannya. Diapun kembali bersemedi dan berkata dalam hati, aku akan terus bertapa disini sampai ada yang bisa mengabulkan permintaanku, sekalipun itu iblis. Di minggu kedua, Raja sudah hampir menyerah, ketika satu suara membangunkannya. Wahai Raja Katatangeuhan, kulihat kau sangat ingin punya anak? Satu suara tanpa wujud datang dari arah samping nya. Dengan wajah masih diliputi kekagetan sang raja berkata, “Ya benar…, ku tak akan pulang sampai ada yang mampu mengabulkan permintaanku. Siapa anda? Tolong tunjukan wujud mu?” Hening sesaat… “Tak perlu lah kau lihat wujud ku, Aku Iblis penunggu mata air Ciburial sanggup mengabulkan permintaan mu.” seru suara itu lagi. Benarkah itu? Jawab Raja dengan penuh harap. “Ya, namun ada syaratnya?” Sahut sang Iblis. “Apa pun syarat nya akan aku penuhi.” seru Raja dengan Mantap. Baiklah seru iblis, “Takdirmu sebenarnya memang tidak akan mempunyai keturunan. Tapi karena kau memaksa maka akan aku kabulkan. Namun harus kau ingat, anak ini kuciptakan dari mata air milikku, jangan pernah kau sakiti dia. Sekali kau memarahinya, maka kau akan kehilangan dia selama-lamanya.” “Aku akan menyayangi dan selalu membuatnya bahagia, aku berjanji” seru Sang Raja. Suara gaib itu kembali berujar, “Sekarang kau pulanglah dan nantikan kehadiran anakmu dari Rahim isterimu.” Gua tempatnya bertapa kembali hening, hanya terdengar gemerisik dedaunan yang tertiup angin. Rajapun segera beranjak dari pertapaannya dan segera pulang dengan hati yang gembira. ***** Beberapa bulan kemudian Sang Permaisuri hamil. Kenyataan itu disambut suka cita Sang Prabu, dan seluruh rakyatnya. Sembilan bulan kemudian lahirlah seorang bayi perempuan yang sangat cantik. Bayi perempuan itu lantas diberi nama Nyi Ajeng Gilang Rinukmi, kadang disebut Putri Ayu Kencana Ungu. Hari demi hari pun berlalu dengan penuh kebahagiaan. Prabu Suarna laya dan istrinya sangat memanjakan anak semata wayang nya ini. Apapun keinginan sang putri akan diturutinya. Anak ini sedari kecil sudah sangat nakal, sehingga sang Raja sudah sangat kewalahan mengasuhnya. Tapi tidak ada seorangpun yang berani memarahainya. Prabu Suarnalaya dan istrinya sangat khawatir dengan perjanjian yang telah mereka lakukan dengan penunggu mata air Ciburial. Putri yang cantik namun sayangnya dengan perangai yang sangat buruk. Sang Prabu sudah kehilangan akal untuk mengendalikan sikap putrinya. Namun rasa sayang mengalahkan semua kekecewaan pada putrinya ini. Putrinya sangat Nakal Pada Usia yang ke-17 tahun, sang putri ingin merayakan ulang tahunnya dengan besar-besaran. Prabu Suarnalaya pun berusaha mencari perhiasan yang unik dan indah dari pelosok negeri. Rakyat yang memang sangat mencintai sang raja pun ikut membantu. Terkumpulah batu-batu indah, berwarna-warni. Berwisata di Telaga Warna Puncak Bogor Bersama Keluarga Puncak adalah tujuan wisata yang umum pilihan warga ibukota lokal maupun manca negara untuk menghabiskan akhir pekan. Namun wilayah Puncak ada tempat wisata alam yang wajib di kunjungi danau telaga warna. Telaga Warna yang terletak di kota Tugu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor terletak sekitar 200 meter dari Resto Rindu Alam setelah Masjid Al-Ta’awun. Telaga Warna Puncak Cisarua Ciseureuh dikelilingi oleh perkebunan teh dan di sebelah barat berbatasan dengan perkebunan Gunung Mas tepatnya masuk Cisarua, Kabupaten Bogor. Sebelum taman ini ditunjuk untuk tempat pariwisata pada tahun 1972, daerah Telaga Warna Puncak Pass Cisarua Bogor, merupakan bagian dari Hutan Hutan Cagar Alam Gunung Mega Mountain Region Covered dan Hambalang. Telaga Warna Puncak di Cisarua Bogor, bisa bermain flying fox untuk menguji addrenalin anda dan sekeluarga. Selain itu, Anda dapat duduk dan menikmati hutan hijau, danau yang tenang, angin, atau hanya bermain perahu. Telaga Warna dengan kecantikannya mengungkapkan bahwa kata-kata tidak cukup. Ini adalah sebuah danau yang sangat indah. Di belakangnya, Telaga Warna hampir tanpa diketahui menyembunyikan cerita. Mitos Telaga Warna Mitos 2 ikan purba dibalik keindahan alam dan udara yang sejut, nuansa misitik juga menyelimuti lokasi tersebut. menurut masyrakat sekitar, di telaga ini hidup 2 ekor ikan purba berwarna hitam dan kuning. menurut supandi, apabila ada orang yang mampu melihat iakan besar tersebut dan meloncat ke atas permukaan telaga, maka segala cita-cita nya akan tercapai dan terkabul. mitos lain yang dipercayai masyarakat setempat ialah bagi siapa yang membasuh muka dengan air telaga ini, akan selalu terlihat awet muda. di sisi lain, terdapat pula sebuah legenda unik yang berkembang secara turun temurun dikalangan msyarakat sekitar mengenai asal mula terbentuk nya danau telaga warna. dahulu kala, tutur supandi, di kawasan puncak tepatnya di lereng gunung lemo sekitar pegunungan mega mendung terdapat sebuah kerajaan besar bernama kerajaan kutatanggeuhan. nama kerajaan ini berasal dari kata kuta’ yang berarti tempat dan tanggeuhan’ yang berarti andalan. kerajaan ini sering disebut kerajaan kemuning kewangi. kerajaan ini di pimpin oleh seorang raja bernama prabu swarnalaya. beliau di dampingi seorang permaisuri bernama ratu purbamanah. Cerita Rakyat Telaga Warna Zaman dahulu, ada sebuah kerajaan di Jawa Barat. Negeri itu dipimpin oleh seorang raja. Prabu, begitulah orang memanggilnya. Ia adalah raja yang baik dan bijaksana. Tak heran, kalau negeri itu makmur dan tenteram. Tak ada penduduk yang lapar di negeri itu. Semua sangat menyenangkan. Sayangnya, Prabu dan istrinya belum memiliki anak. Itu membuat pasangan kerajaan itu sangat sedih. Penasehat Prabu menyarankan, agar mereka mengangkat anak. Namun Prabu dan Ratu tidak setuju. “Buat kami, anak kandung adalah lebih baik dari pada anak angkat,” sahut mereka. Ratu sering murung dan menangis. Prabu pun ikut sedih melihat istrinya. Lalu Prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Di sana sang Prabu terus berdoa, agar dikaruniai anak. Beberapa bulan kemudian, keinginan mereka terkabul. Ratu pun mulai hamil. Seluruh rakyat di kerajaan itu senang sekali. Mereka membanjiri istana dengan hadiah. Sembilan bulan kemudian, Ratu melahirkan seorang putri. Penduduk negeri pun kembali mengirimi putri kecil itu aneka hadiah. Bayi itu tumbuh menjadi anak yang lucu. Belasan tahun kemudian, ia sudah menjadi remaja yang cantik. Prabu dan Ratu sangat menyayangi putrinya. Mereka memberi putrinya apa pun yang dia inginkan. Namun itu membuatnya menjadi gadis yang manja. Kalau keinginannya tidak terpenuhi, gadis itu akan marah. Ia bahkan sering berkata kasar. Walaupun begitu, orangtua dan rakyat di kerajaan itu mencintainya. Hari berlalu, Putri pun tumbuh menjadi gadis tercantik di seluruh negeri. Dalam beberapa hari, Putri akan berusia 17 tahun. Maka para penduduk di negeri itu pergi ke istana. Mereka membawa aneka hadiah yang sangat indah. Prabu mengumpulkan hadiah-hadiah yang sangat banyak itu, lalu menyimpannya dalam ruangan istana. Sewaktu-waktu, ia bisa menggunakannya untuk kepentingan rakyat. Prabu hanya mengambil sedikit emas dan permata. Ia membawanya ke ahli perhiasan. “Tolong, buatkan kalung yang sangat indah untuk putriku,” kata Prabu. “Dengan senang hati, Yang Mulia,” sahut ahli perhiasan. Ia lalu bekerja dengan sebaik mungkin, dengan sepenuh hati. Ia ingin menciptakan kalung yang paling indah di dunia, karena ia sangat menyayangi Putri. Hari ulang tahun pun tiba. Penduduk negeri berkumpul di alun-alun istana. Ketika Prabu dan Ratu datang, orang menyambutnya dengan gembira. Sambutan hangat makin terdengar, ketika Putri yang cantik jelita muncul di hadapan semua orang. Semua orang mengagumi kecantikannya. demikianlah artikel dari mengengai Asal Usul Telaga Warna Pengertian, Legenda, Sejarah, Misteri, Naskah Drama, Hikayat, Wisata, Mitor, Cerita, Gambar, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semuanya.
Daftar Isi1 Pengertian Telaga Warna2 Legenda Dari Jawa Barat3 Sejarah Telaga Warna4 Asal Usul Telaga Warna5 Misteri Telaga Menjer6 Naskah Drama Telaga Warna7 Hikayat Talaga Warna, Bogor8 Berwisata di Telaga Warna Puncak Bogor Bersama Keluarga9 Mitos Telaga Warna10 Cerita Rakyat Telaga Warna Telaga Warna Dieng adalah salah satu objek wisata yang berada di kawasan Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Telaga ini merupakan salah satu destinasi wisata andalan Kabupaten Wonosobo. Nama Telaga Warna sendiri diberikan karena keunikan fenomena alam yang terjadi di tempat ini, yaitu warna air dari telaga tersebut yang sering berubah-ubah. Terkadang telaga ini berwarna hijau dan kuning atau berwarna warni seperti pelangi. Fenomena ini terjadi karena air telaga mengandung sulfur yang cukup tinggi, sehingga saat sinar Matahari mengenainya, maka warna air telaga tampak berwarna warni Legenda Dari Jawa Barat Jaman dahulu ada sebuah kerajaan di Jawa Barat bernama Kutatanggeuhan. Kutatanggeuhan merupakan kerajaan yang makmur dan damai. Rakyatnya hidup tenang dan sejahtera karena dipimpin oleh raja yang bijaksana. Raja Kutatanggeuhan bernama Prabu Suwartalaya dan permaisurinya bernama Ratu Purbamanah. Sayang Prabu dan Ratu belum dikaruniai keturunan sehingga mereka selalu merasa kesepian. Rakyat pun sangat mengkhawatirkan keadaan ini, karena siapa yang akan menggantikan Prabu dan Ratu kelak? Akhirnya Raja memutuskan untuk bersemedi. Dia pergi ke gunung dan menemukan sebuah gua. Disanalah dia bersemedi, berdoa kepada Tuhan supaya dikaruniai keturunan. Setelah berhari-hari Prabu Suwartalaya berdoa, suatu hari tiba-tiba terdengar suara gaib.“Benarkah kau menginginkan keturunan Prabu Suwartalaya?” kata suara gaib tersebut.“Ya! Saya ingin sekali memiliki anak!” jawab Prabu Suwartalaya.“Baiklah! Doamu akan terkabul. Sekarang pulanglah!” kata suara gaib. Maka Prabu Suwartalaya pun pulang dengan gembira. Benar saja beberapa minggu kemudian, Ratu pun mengandung. Semua bersuka cita. Terlebih lagi ketika sembilan bulan kemudian Ratu melahirkan seorang putri yang cantik. Dia diberi nama Putri Gilang Rukmini. Prabu Suwartalaya mengadakan pesta yang meriah untuk merayakan kelahiran putri mereka. Putri Gilang Rukmini pun menjadi putri kesayangan rakyat Kutatanggeuhan. Beberapa tahun telah berlalu, putri Gilang Rukmini tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita. Sayang putri Gilang Rukmini sangat manja dan berperangai tidak baik, mungkin karena Prabu dan Ratu sangat memanjakannya. Maklumlah anak semata wayang. Apapun yang diminta oleh putri pasti segera dituruti. Jika tidak putri akan sangat marah dan bertindak kasar. Namun rakyat tetap mencintainya. Mereka berharap suatu hari perangai putri akan berubah dengan sendirinya. Seminggu lagi putri Gilang Rukmini akan berusia tujuh belas tahun. Prabu Suwartalaya akan mengadakan pesta syukuran di istana. Semua rakyat boleh datang dan memberikan doa untuk putri Gilang Rukmini. Rakyat berkumpul dan merencanakan hadiah istimewa untuk putri kesayangan mereka. Akhirnya disepakati bahwa mereka akan menghadiahkan sebuah kalung yang sangat indah. Kalung itu terbuat dari emas terbaik dan ditaburi batu-batu permata yang beraneka warna. Maka rakyat dengan sukarela menyisihkan uang mereka dan mengumpulkannya untuk biaya pembuatan hadiah tersebut. Mereka memanggil pandai emas terbaik di kerajaan untuk membuatnya. Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu datang juga. Rakyat berduyun-duyun datang ke halaman istana tempat pesta ulang tahun putri Gilang Rukmini diadakan. Di depan istana sudah berdiri sebuah panggung yang megah. Rakyat bersorak-sorai saat Prabu dan Ratu menaiki panggung. Apalagi ketika akhirnya putri Gilang Rukmini keluar dari istana dan melambaikan tangannya. Rakyat sangat gembira melihat putri yang cantik jelita. Pesta pun berlangsung dengan meriah. Kini tiba saatnya rakyat mempersembahkan hadiah istimewa mereka. Mereka memberikan kotak berisi hadiah itu kepada putri Gilang Rukmini. Prabu Suwartalaya membuka kotak tersebut dan mengeluarkan kalung beraneka warna yang sangat indah dan memberikannya kepada putri Gilang Rukmini. putri Gilang Rukmini memandang kalung itu dengan kening berkerut. Prabu Suwartalaya memandang putrinya, “Ayo nak, kenakan kalung itu! Itu adalah tanda cinta rakyat kepadamu. Jangan kecewakan mereka nak!”“Iya putriku. Kalung itu sangat indah bukan. Ayo kenakan! Biar rakyat senang,” kata Ratu Purbamanah.“Bagus apanya? Kalung ini jelek sekali. Warnanya norak, kampungan! Aku tidak mau memakainya!” teriak putri Gilang membanting kalung itu ke lantai hingga hancur. Prabu Suwartalaya, Ratu Purbamanah dan rakyat Kutatanggeuhan hanya bisa tertegun menyaksikan kejadian itu. Lalu tangis Ratu Purbamanah pecah. Dia sangat sedih melihat kelakuan putrinya. Akhirnya semua pun meneteskan air mata, hingga istana pun basah oleh air mata mereka. Mereka terus menangis hingga air mata mereka membanjiri istana, dan tiba-tiba saja dari dalam tanah pun keluar air yang deras, makin lama makin banyak. Hingga akhirnya kerajaan Kutatanggeuhan tenggelam dan terciptalah sebuah danau yang sangat indah. Kini danau itu masih bisa kita temui di daerah Puncak, Jawa Barat. Danau itu dinamakan Telaga Warna, karena jika hari cerah, airnya akan memantulkan cahaya matahari hingga tampak berwarna-warni. Katanya, itu adalah pantulan warna yang berasal dari kalung putri Gilang Rukmini. Sejarah Telaga Warna Zaman dahulu, ada sebuah kerajaan di Jawa Barat bernama Kutatanggeuhan. Kutatanggeuhan merupakan kerajaanbijaksana. Raja Kutatanggeuhan bernama Prabu Suwartalaya dan permaisurinya bernama Ratu Purbamanah. Raja dan ratu sangant bijaksana sehingga kerjaan yang dipimpin makmur dan tenteram. yang makmur dan damai. Rakyatnya hidup tenang dan sejahtera karena dipimpin oleh raja yang Semua sangat menyenangkan. Sayangnya, Prabu dan istrinya belum memiliki anak. Itu membuat pasangan kerajaan itu sangat sedih. Penasehat Prabu menyarankan, agar mereka mengangkat anak. Namun Prabu dan Ratu tidak setuju. “Buat kami, anak kandung adalah lebih baik dari pada anak angkat,” sahut mereka. Ratu sering murung dan menangis. Prabu pun ikut sedih melihat istrinya. Lalu Prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Di sana sang Prabu terus berdoa, agar dikaruniai anak. Beberapa bulan kemudian, keinginan mereka terkabul. Ratu pun mulai hamil. Seluruh rakyat di kerajaan itu senang sekali. Mereka membanjiri istana dengan hadiah. Sembilan bulan kemudian, Ratu melahirkan seorang putri yang diberinama Gilang Rukmini . Penduduk negeri pun kembali mengirimi putri kecil itu aneka hadiah. Bayi itu tumbuh menjadi anak yang lucu. Belasan tahun kemudian, ia sudah menjadi remaja yang cantik. Prabu dan Ratu sangat menyayangi putrinya. Mereka memberi putrinya apa pun yang dia inginkan. Namun itu membuatnya menjadi gadis yang manja. Kalau keinginannya tidak terpenuhi, gadis itu akan marah. Ia bahkan sering berkata kasar. Walaupun begitu, orangtua dan rakyat di kerajaan itu mencintainya. Asal Usul Telaga Warna Alkisah Pada Zaman dahulu kala, terdapat sebuah kerajaan di Jawa Barat bernama Kutatanggeuhan. Kutatanggeuhan adalah kerajaan yang makmur dan damai. Rakyatnya hidup tenang serta sejahtera karena dipimpin oleh raja yang bijaksana. Raja Kutatanggeuhan bernama Prabu Suwartalaya serta permaisurinya bernama Ratu Purbamanah. Raja dan ratu sangatlah bijaksana sampai kerjaan yang dipimpin makmur dan tenteram. Semua sangat menyenangka Sayangnya, Prabu dan istrinya belum dikaruniai anak. Hal tersebut membuat pasangan kerajaan itu sangat sedih. Penasehat Prabu menyarankan, supaya mereka mengangkat anak. Tetapi Prabu dan Ratu tidak setuju. Buat kami, anak kandung merupakan lebih baik dari pada anak angkat, kata mereka. Ratu sering murung dan menangis Prabu pun ikut sedih melihat istrinya itu. Kemudian Prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Di sana Prabu terus meminta berdoa, supaya dikaruniai anak. Beberapa bulan kemudian, keinginan tersebut terkabul. Ratu pun mulai hamil. Seluruh rakyat di kerajaan itu ikut senang. 9 bulan kemudian, Ratu melahirkan seorang putri yang diberi nama Gilang Rukmini . Penduduk negeri juga kembali mengirimi putri kecil itu aneka hadiah. Bayi tersebut tumbuh menjadi anak yang lucu. Belasan tahun kemudian, dia sudah menjadi remaja yang cantik. Prabu dan Ratu sangat menyayangi putrinya. Mereka memberi putrinya apa saja yang dia inginkan. Tetapi itu membuatnya menjadi gadis yang manja. Kalau keinginannya tak terpenuhi, gadis tersebut akan marah. Dia bahkan sering berkata kasar. Meskipun begitu, orangtua dan rakyat di kerajaan itu mencintainya. Hari berlalu, Putri pun tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik di seluruh negeri. Dalam beberapa hari, Putri akan menginjak usia 17 tahun, Maka para penduduk di negeri itu pergi ke istana, Mereka membawakan aneka hadiah yang sangat indah. Prabu mengumpulkan hadiah-hadiah yang sangat banyak itu, kemudian menyimpannya dalam ruangan istana. Sewaktu-waktu, dia bisa memakainya untuk kepentingan rakyat. Prabu hanya mengambil sedikit emas dan juga permatadia membawanya ke ahli perhiasan. Tolong, buatkan kalung yang sangat indah untuk putriku, kata si Prabu. Dengan senang hati, Yang Mulia kata ahli perhiasan. Dia kemudian bekerja dengan sebaik mungkin, dengan sepenuh hati. Dia ingin menciptakan kalung yang paling indah di dunia, karena dia sangat menyayangi Putri. Hari ulang tahun pun tiba,Penduduk negeri berkumpul di taman istana. Saar Prabu dan Ratu datang, orang menyambutnya dengan gembira. Sambutan hangat semakin terdengar, saat Putri yang cantik jelita muncul di hadapan semua orang. Semua orang mengagumi kecantikannya itu. Prabu kemudian bangkit dari kursinya. Kalung yang indah telah dipegangnya. Putriku tercinta, hari ini aku berikan kalung ini padamu. Kalung ini adalah pemberian orang-orang dari penjuru negeri Mereka sangat mencintaimu. Mereka mempersembahkan hadiah ini, karena mereka senang melihatmu tumbuh jadi dewasa. Pakailah kalung ini, Nak kata si Prabu. Putri menerima kalung itu,Kemudian dia melihat kalung itu sekilas. Aku tak mau memakainya,Kalung ini jelek! kata Putri. Kemudian dia melempar kalung itu,Kalung yang indah itu pun rusak,Emas dan permatanya berserakan di lantai. Hal tersebut sangat mengejutkan Tak seorang pun menyangka Putri akan berbuat semacam itu. Tak ada seorang pun bicara,Suasana hening .Tiba-tiba meledaklah tangis Ratu Purbamana, Dia sangat sedih melihat kelakuan putrinya,Akhirnya semua juga meneteskan air mata, sampai istana pun basah oleh air mata mereka. Mereka terus menangis sampai air mata mereka membanjiri istana, dan tiba-tiba saja dari dalam tanah pun keluar air yang sangat deras, makin lama makin banyak. Sampai akhirnya kerajaan Kutatanggeuhan tenggelam serta terciptalah sebuah danau yang sangat indah. Di hari yang cerah kita bisa melihat danau itu dipenuhi warna yang indah dan mengagumkan. Warna tersebut berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, serta langit di sekitar telaga. Tetapi orang mengatakan, warna-warna itu berasal dari kalung Putri yang berserakan di dasar telaga. Misteri Telaga Menjer Telaga menjer merupakan obyek wisata yang terletak 5 Km dari Pusat kota Wonosobo, Kawasan pariwisata Telaga Menjer ini memanfaatkan potensi alam berupa telaga dengan keindahan alam pegunungan menjer disamping diupayakan untuk kawasan pariwisata, juga dimanfaatkan untuk pembangkit listrik Tenaga air PLTA dengan demikian disamping kelestarian alamnya yang harus dilindungi kondisi lingkunganya juga harus dijaga terhadap pencemaran lingkungan terutama pencemaran sampah. Telaga menjer, sebuah telaga yang berbentuk kerucut dengan kedalaman 147 m. Dizaman Ratu Pramodhawardhani abad VII-VIII M sekitar awal tahun1980 telaga ini pernah dikuras, karena disinyalir pada bagian bawahnya ada kebocoran. Tenaga ahli yang menguras air telaga itu di datangkan dari Rusia, yang kemudian dilanjutkan oleh tenaga ahli dari Jepang dalam rangka pembuatan pembangkit listrik tenaga air. Alasan pengurasan air telaga itu, air dari dua aliran sungai diatasnya yang ditampung di telaga Menjer selama 2 x 24 jam air tersebut tidak bisa masuk kedalam terowongan dan sama sebelum air dari dua sungai itu dimasukkan kedalam telaga, yaitu 25 cm dibawah tepian. Terlepas dari debut air yang masuk ke dalam telaga, bahwa telaga Menjer merupakan sebuah obyek wisata yang mengasyikan, karena berada di ketinggian 700 dpl dengan suhu 22-27 derajat celsius. Telaga warna menyimpan sebuah misteri / mitos yang masih di percaya sebagaian masyarakat Wonosobo, yaitu “Apabila ada sepasang kekasih yang berkunjung ketelaga warna, di yakini hubunganya akan segera berakhir / putus”. Sampai dengan sekarang sepasang kekasih menolak untuk berkunjung ke Telaga Warna pasalnya dihantui ketakukan akan mitos itu. Naskah Drama Telaga Warna Babak 1 Narator Dahulu kala, terdapat sebuah kerajaan yang sangat tentram dan makmur di Jawa Barat. Kerajaan itu di pimpin oleh seorang raja yang baik dan bijaksana. Tak heran, kalau negeri itu makmur dan tenteram. Tak ada penduduk yang lapar di negeri itu. Raja itu dipanggil Raja Prabu. Tetapi keluarga kerajaan itu tidak memiliki seorang anakpun. Penasehat Prabu menyarankan agar raja dan ratu untuk mengangkat seorang “ Yang mulia, hamba sarankan agar Yang Mulia mengangkat seorang anak saja.”Raja Prabu “ Tidak! Bagi kami anak kandung adalah lebih baik daripada anak angkat.” Babak 2 Narator Sang Ratu sering murung dan menangis di balkon istana. Sang Rajapun ikut sedih melihat istrinya Prabu “ Sudahlah bu kita akan memiliki seorang anak kelak nanti.”Ratu “ Ya tentu saja Tuanku.” Babak 3 Narator Sehingga, suatu hari Raja Prabu hendak pergi ke hutan untuk berdoa agar dikaruniai seorang Prabu “ Aku akan pergi ke hutan untuk berdoa.”Ratu “ Baiklah. Hati- hati di hutan tuanku. ” Babak 4 Narator Setelah beberapa bulan kemudia semenjak Raja Prabu berdoa di hutan, permohonan sang Rajapun terkabul, Sang Ratu mulai “ Prabu, aku hamil…” dengan wajah yang berseri- seri.Raja Prabu “ Benarkah itu???” dengan nada yang sedikit tak percaya.Ratu “ Ya benar.. Saya sudah ke tabib istana dan tabib mengatakan bahwa saya hamil.”Raja “ Benarkah?? Ini akan menjai kabar yang paling indah di kerajaan kita.” Babak 5 Narator Setelah 9 bulan lamanya Ratu mengandung, Ratupun melahirkan seorang Putri yang sangat cantik Putri itu diberi nama Nirwarna. Pndudukpun banyak mengiriminya mainan untung sang “ Lihatlah anak kita dia sangat lucu dan cantik, saya berharap agar dia tumbuh menjadi seorang putri yang cantik dan baik hati seperti wajahnya.”Raja Prabu “ Ya.. Saya yakin putri kita akan tumbuh menjadi putri yang sangat cantik dan baik hati.” Babak 6 Narator Kasih saying Raja dan Ratu yang selalu memberikan apapun yang diingini oleh Sang putri telah membuat anak itu tumbuh menjadi seorang Putri yang sangat manja. Bila keinginan sang Putri tak dikabulkan maka ia akan marah dan tak jarang dia berkata kasar kepada orang tuanya. Tetapi masyarakat dan orang tuanya masih tetap “Bunda aku mau seekor kuda!!”Ratu “ Kita sudah memiliki banyak kuda di peternakan sayang.”Putri “ Tidak aku tidak mau yang ada di peternak! Aku mau kuda berwarna putih dengan bulu yang indah.”Ratu “ Kau sudah memilki 54 kuda. Bermainlah dengan kudamu yang sudah ada sayang.”Putri “ tidak aku tidak mau, dasar kau orang tua pelit.”Ratu “ Ahhh… Sayang apa yang kau katakan.”Putri “ Huh, dasar orang tua yang tak berguna.” Hikayat Talaga Warna, Bogor Zaman dahulu kala, wilayah Puncak, Bogor ini adalah sebuah kerajaan yang makmur. Kerajaan ini bernama Kutatanggeuhan. Dipimpin oleh seorang Raja yang Adil bijaksana, bernama Prabu Suarnalaya dengan permaisurinya bernama Purbamanah. Di bawah kepemimpinannya rakyat hidup sejahtera, karena memang alam yang subur telah memberi kehidupan yang layak buat semua masyarakat. Di tengah semua kemakmuran dan kebahagiaan rakyatnya, sesunggunya Raja sedang merasa risau dan sedih. Perkawinan nya yang sudah memasuki tahun ke-20 tidak juga di beri keturunan. Berbagai macam cara telah di lakukan oleh semua cerdik pandai di negeri Kutatanggeuhan. Akhirnya mereka semua menyerah dan menyarankan Raja untuk mengangkat anak saja sebagai penerusnya. Namun Raja menolak semua saran ini. Akhirnya Prabu Suarnalaya memutuskan untuk bertirakat dan bertapa selama beberapa lama di Puncak Gunung Gede. Di hari kedua, datang seorang malaikat menyapanya, “Wahai prabu Suarnalaya, sebaiknya kamu pulang saja, nasib mu sudah di putuskan, tidak akan ada keturunan darimu. Kamu sebaiknya mengangkat anak saja”. Sang Raja sangat marah mendengar ini.” Wahai malaikat, kenapa aku tidak diberi keturunan, bukankah selama ini aku selalu berbuat baik?” serunya. Malaikat tidak memperdulikannya dan segera pergi. Sang Raja termenung di pertapaannya. Diapun kembali bersemedi dan berkata dalam hati, aku akan terus bertapa disini sampai ada yang bisa mengabulkan permintaanku, sekalipun itu iblis. Di minggu kedua, Raja sudah hampir menyerah, ketika satu suara membangunkannya. Wahai Raja Katatangeuhan, kulihat kau sangat ingin punya anak? Satu suara tanpa wujud datang dari arah samping nya. Dengan wajah masih diliputi kekagetan sang raja berkata, “Ya benar…, ku tak akan pulang sampai ada yang mampu mengabulkan permintaanku. Siapa anda? Tolong tunjukan wujud mu?” Hening sesaat… “Tak perlu lah kau lihat wujud ku, Aku Iblis penunggu mata air Ciburial sanggup mengabulkan permintaan mu.” seru suara itu lagi. Benarkah itu? Jawab Raja dengan penuh harap. “Ya, namun ada syaratnya?” Sahut sang Iblis. “Apa pun syarat nya akan aku penuhi.” seru Raja dengan Mantap. Baiklah seru iblis, “Takdirmu sebenarnya memang tidak akan mempunyai keturunan. Tapi karena kau memaksa maka akan aku kabulkan. Namun harus kau ingat, anak ini kuciptakan dari mata air milikku, jangan pernah kau sakiti dia. Sekali kau memarahinya, maka kau akan kehilangan dia selama-lamanya.” “Aku akan menyayangi dan selalu membuatnya bahagia, aku berjanji” seru Sang Raja. Suara gaib itu kembali berujar, “Sekarang kau pulanglah dan nantikan kehadiran anakmu dari Rahim isterimu.” Gua tempatnya bertapa kembali hening, hanya terdengar gemerisik dedaunan yang tertiup angin. Rajapun segera beranjak dari pertapaannya dan segera pulang dengan hati yang gembira. ***** Beberapa bulan kemudian Sang Permaisuri hamil. Kenyataan itu disambut suka cita Sang Prabu, dan seluruh rakyatnya. Sembilan bulan kemudian lahirlah seorang bayi perempuan yang sangat cantik. Bayi perempuan itu lantas diberi nama Nyi Ajeng Gilang Rinukmi, kadang disebut Putri Ayu Kencana Ungu. Hari demi hari pun berlalu dengan penuh kebahagiaan. Prabu Suarna laya dan istrinya sangat memanjakan anak semata wayang nya ini. Apapun keinginan sang putri akan diturutinya. Anak ini sedari kecil sudah sangat nakal, sehingga sang Raja sudah sangat kewalahan mengasuhnya. Tapi tidak ada seorangpun yang berani memarahainya. Prabu Suarnalaya dan istrinya sangat khawatir dengan perjanjian yang telah mereka lakukan dengan penunggu mata air Ciburial. Putri yang cantik namun sayangnya dengan perangai yang sangat buruk. Sang Prabu sudah kehilangan akal untuk mengendalikan sikap putrinya. Namun rasa sayang mengalahkan semua kekecewaan pada putrinya ini. Putrinya sangat Nakal Pada Usia yang ke-17 tahun, sang putri ingin merayakan ulang tahunnya dengan besar-besaran. Prabu Suarnalaya pun berusaha mencari perhiasan yang unik dan indah dari pelosok negeri. Rakyat yang memang sangat mencintai sang raja pun ikut membantu. Terkumpulah batu-batu indah, berwarna-warni. Berwisata di Telaga Warna Puncak Bogor Bersama Keluarga Puncak adalah tujuan wisata yang umum pilihan warga ibukota lokal maupun manca negara untuk menghabiskan akhir pekan. Namun wilayah Puncak ada tempat wisata alam yang wajib di kunjungi danau telaga warna. Telaga Warna yang terletak di kota Tugu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor terletak sekitar 200 meter dari Resto Rindu Alam setelah Masjid Al-Ta’awun. Telaga Warna Puncak Cisarua Ciseureuh dikelilingi oleh perkebunan teh dan di sebelah barat berbatasan dengan perkebunan Gunung Mas tepatnya masuk Cisarua, Kabupaten Bogor. Sebelum taman ini ditunjuk untuk tempat pariwisata pada tahun 1972, daerah Telaga Warna Puncak Pass Cisarua Bogor, merupakan bagian dari Hutan Hutan Cagar Alam Gunung Mega Mountain Region Covered dan Hambalang. Telaga Warna Puncak di Cisarua Bogor, bisa bermain flying fox untuk menguji addrenalin anda dan sekeluarga. Selain itu, Anda dapat duduk dan menikmati hutan hijau, danau yang tenang, angin, atau hanya bermain perahu. Telaga Warna dengan kecantikannya mengungkapkan bahwa kata-kata tidak cukup. Ini adalah sebuah danau yang sangat indah. Di belakangnya, Telaga Warna hampir tanpa diketahui menyembunyikan cerita. Mitos Telaga Warna dibalik keindahan alam dan udara yang sejut, nuansa misitik juga menyelimuti lokasi tersebut. menurut masyrakat sekitar, di telaga ini hidup 2 ekor ikan purba berwarna hitam dan kuning. menurut supandi, apabila ada orang yang mampu melihat iakan besar tersebut dan meloncat ke atas permukaan telaga, maka segala cita-cita nya akan tercapai dan terkabul. mitos lain yang dipercayai masyarakat setempat ialah bagi siapa yang membasuh muka dengan air telaga ini, akan selalu terlihat awet muda. di sisi lain, terdapat pula sebuah legenda unik yang berkembang secara turun temurun dikalangan msyarakat sekitar mengenai asal mula terbentuk nya danau telaga kala, tutur supandi, di kawasan puncak tepatnya di lereng gunung lemo sekitar pegunungan mega mendung terdapat sebuah kerajaan besar bernama kerajaan kerajaan ini berasal dari kata kuta’ yang berarti tempat dan tanggeuhan’ yang berarti andalan. kerajaan ini sering disebut kerajaan kemuning kewangi. kerajaan ini di pimpin oleh seorang raja bernama prabu swarnalaya. beliau di dampingi seorang permaisuri bernama ratu purbamanah. Cerita Rakyat Telaga Warna Zaman dahulu, ada sebuah kerajaan di Jawa Barat. Negeri itu dipimpin oleh seorang raja. Prabu, begitulah orang memanggilnya. Ia adalah raja yang baik dan bijaksana. Tak heran, kalau negeri itu makmur dan tenteram. Tak ada penduduk yang lapar di negeri itu. Semua sangat menyenangkan. Sayangnya, Prabu dan istrinya belum memiliki anak. Itu membuat pasangan kerajaan itu sangat sedih. Penasehat Prabu menyarankan, agar mereka mengangkat anak. Namun Prabu dan Ratu tidak setuju. “Buat kami, anak kandung adalah lebih baik dari pada anak angkat,” sahut mereka. Ratu sering murung dan menangis. Prabu pun ikut sedih melihat istrinya. Lalu Prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Di sana sang Prabu terus berdoa, agar dikaruniai anak. Beberapa bulan kemudian, keinginan mereka terkabul. Ratu pun mulai hamil. Seluruh rakyat di kerajaan itu senang sekali. Mereka membanjiri istana dengan hadiah. Sembilan bulan kemudian, Ratu melahirkan seorang putri. Penduduk negeri pun kembali mengirimi putri kecil itu aneka hadiah. Bayi itu tumbuh menjadi anak yang lucu. Belasan tahun kemudian, ia sudah menjadi remaja yang cantik. Prabu dan Ratu sangat menyayangi putrinya. Mereka memberi putrinya apa pun yang dia inginkan. Namun itu membuatnya menjadi gadis yang manja. Kalau keinginannya tidak terpenuhi, gadis itu akan marah. Ia bahkan sering berkata kasar. Walaupun begitu, orangtua dan rakyat di kerajaan itu mencintainya. Hari berlalu, Putri pun tumbuh menjadi gadis tercantik di seluruh negeri. Dalam beberapa hari, Putri akan berusia 17 tahun. Maka para penduduk di negeri itu pergi ke istana. Mereka membawa aneka hadiah yang sangat indah. Prabu mengumpulkan hadiah-hadiah yang sangat banyak itu, lalu menyimpannya dalam ruangan istana. Sewaktu-waktu, ia bisa menggunakannya untuk kepentingan rakyat. Prabu hanya mengambil sedikit emas dan permata. Ia membawanya ke ahli perhiasan. “Tolong, buatkan kalung yang sangat indah untuk putriku,” kata Prabu. “Dengan senang hati, Yang Mulia,” sahut ahli perhiasan. Ia lalu bekerja dengan sebaik mungkin, dengan sepenuh hati. Ia ingin menciptakan kalung yang paling indah di dunia, karena ia sangat menyayangi Putri. Hari ulang tahun pun tiba. Penduduk negeri berkumpul di alun-alun istana. Ketika Prabu dan Ratu datang, orang menyambutnya dengan gembira. Sambutan hangat makin terdengar, ketika Putri yang cantik jelita muncul di hadapan semua orang. Semua orang mengagumi kecantikannya. demikianlah artikel dari mengengai Asal Usul Telaga Warna Pengertian, Legenda, Sejarah, Misteri, Naskah Drama, Hikayat, Wisata, Mitor, Cerita, Gambar, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semuanya.
Dieng - Memiliki air yang dapat berubah ubah warnanya di kala siang hari, membuat Telaga Warna menjadi hal menarik untuk dibahas. Bagaimana sih asal mula Telaga Warna?Objek wisata yang berada di kawasan Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah ini berada di ketinggian 2000 Mdpl dan dikelilingi oleh bukit tinggi yang menambah pesona dari Telaga Warna yang memang sudah warna pantulan air yang cukup banyak, mulai dari kuning, biru, hijau atau terkadang seperti pelangi. Telaga Warna juga memiliki banyak legenda tentang asal mulanya, mulai dari pakaian putri dan ratu yang terbang ke telaga, cincin bangsawan, hingga kalung putri raja. Beberapa masyarakat percaya bahwa asal-usul Telaga Warna berasal dari seorang putri dan ratu yang suatu hari memutuskan untuk mandi di sebuah Warna Dieng Foto Aldi Sanjaya Putra/d'TravelerSaat sudah menanggalkan dan menggantung pakaiannya di sebuah pohon, tiba tiba datang angin kencang yang menerbangkan pakaian sang putri dan ratu ke warna air telaga menjadi sesuai dengan warna pakaian yang dikenakan sang ratu dan itu terdapat legenda yang mengatakan bahwa warna air yang berubah ubah di telaga warna disebabkan dari sebuah cincin bangsawan yang jatuh ke dalam telaga. Karena cincin yang jatuh dianggap sangat 'sakti' maka itu membuat warna air telaga dapat berubah juga sering memantaskan drama Telaga Warna yang berkisah tentang Putri Gilang Rukmini yang diberikan hadiah kalung untuk ulang tahunnya yang ke-17 namun sang putri malah tidak suka dan membuang hal tersebut, membuat permaisuri dan rakyat menangis melihat tingkal laku putrinya, bersamaan dengan itu tiba tiba muncul mata air yang tiada henti hingga menenggelamkan kerajaan hingga menjadi Telaga Warna karena pantulan dari permata kalung sang secara ilmiah pergantian warna air dari Telaga Warna disebabkan karena kandungan sulfur yang terdapat di telaga ini cukup tinggi. Sehingga saat matahari menyinari permukaan telaga maka pantulan warna airnya akan nampak berwarna warni. Simak Video "Terjebak di Tengah Jalur, Rintangan Saat Naik Gondola di Dieng" [GambasVideo 20detik] pin/ddn
– Sejarah asal usul dan legenda Telaga Warna memang menarik disimak karena menyimpan banyak pesan dan pelajaran bagi kita, khususnya kepada generasi muda untuk selalu menghormati dan menghargai orang Warna adalah salah satu objek wisata yang terkenal akan keindahan dan keunikannya di daerah Bogor, Jawa Barat. Dilatar belakangi areal persawahan dan perkampungan penduduk dengan gunung yang menjulang tinggi, menambah keindahan panorama alam yang sudah ada di sekitar Telaga Warna. Pengunjung akan merasa sangat betah jika berkunjung ke Telaga Warna Danau Telaga Warna di Cisarua, Bogor Jawa BaratTelaga Warna telah menjadi kawasan taman wisata sejak tahun 1972. Sebelumnya, kawasan Telaga Warna Puncak Pass Cisarua – Bogor, merupakan bagian dari Kawasan Cagar Alam hutan Gunung Mega Mendung dan hutan Gunung Hambalang di Jawa hari cerah, kita bisa melihat Telaga Sarangan penuh warna yang indah dan mengagumkan. Warna itu berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, dan langit di sekitar telaga. Namun masyarakat setempat meyakini bahwa warna-warna itu berasal dari kalung seorang Putri yang tersebar di dasar nan indah dari Telaga Warna di BogorYa, konon terbentuknya Telaga Sarangan disebabkan oleh meluapnya air mata Raja, Permaisuri dan seluruh rakyat kerajaan Kutatanggeuhan saat itu. Pasalnya, sang Puteri satu-satunya telah membuat hati orang tuanya dan rakyat Kutatanggeuhan menjadi sangat sedih dan berlinang air mata hingga menjadi telaga yang adalah kisah dari legenda dan sejarah asal usul terbentuknya Telaga Warna selengkapnyaLegenda Telaga SaranganPada zaman dahulu kalau dikenal sebuah kerajaan yang makmur dan damai di Jawa Barat bernama Kutatanggeuhan. Rakyatnya hidup tenang dan sejahtera karena dipimpin oleh raja yang bijaksana. Raja Kutatanggeuhan bernama Prabu Suwartalaya dan permaisurinya bernama Ratu sekali karena Prabu dan Ratu belum dikaruniai keturunan sehingga mereka selalu merasa kesepian. Rakyat pun sangat mengkhawatirkan keadaan ini, karena siapa yang akan menggantikan Prabu dan Ratu kelak?Akhirnya Raja memutuskan untuk bersemedi. Dia pergi ke gunung dan menemukan sebuah gua. Di sanalah dia bersemedi, berdoa kepada Tuhan supaya dikaruniai keturunan. Setelah berhari-hari Prabu Suwartalaya berdoa, suatu hari tiba-tiba terdengar suara gaib.“Benarkah kau menginginkan keturunan Prabu Suwartalaya?” kata suara gaib tersebut. “Ya! Saya ingin sekali memiliki anak!” jawab Prabu Suwartalaya. “Baiklah! Doamu akan terkabul. Sekarang pulanglah!” kata suara Prabu Suwartalaya pun pulang dengan gembira. Benar saja beberapa minggu kemudian, Ratu pun mengandung. Semua bersuka cita. Terlebih lagi ketika sembilan bulan kemudian Ratu melahirkan seorang putri yang cantik. Dia diberi nama Putri Gilang Rukmini. Prabu Suwartalaya mengadakan pesta yang meriah untuk merayakan kelahiran putri mereka. Putri Gilang Rukmini pun menjadi putri kesayangan rakyat tahun telah berlalu, putri Gilang Rukmini tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita. Sayang putri Gilang Rukmini sangat manja dan berperangai tidak baik, mungkin karena Prabu dan Ratu sangat memanjakannya. Maklumlah anak semata wayang. Apapun yang diminta oleh putri pasti segera dituruti. Jika tidak putri akan sangat marah dan bertindak kasar. Namun rakyat tetap mencintainya. Mereka berharap suatu hari perangai putri akan berubah dengan lagi putri Gilang Rukmini akan berusia tujuh belas tahun. Prabu Suwartalaya akan mengadakan pesta syukuran di istana. Semua rakyat boleh datang dan memberikan doa untuk putri Gilang berkumpul dan merencanakan hadiah istimewa untuk putri kesayangan mereka. Akhirnya disepakati bahwa mereka akan menghadiahkan sebuah kalung yang sangat indah. Kalung itu terbuat dari emas terbaik dan ditaburi batu-batu permata yang beraneka warna. Maka rakyat dengan sukarela menyisihkan uang mereka dan mengumpulkannya untuk biaya pembuatan hadiah tersebut. Mereka memanggil pandai emas terbaik di kerajaan untuk hari yang ditunggu-tunggu datang juga. Rakyat berduyun-duyun datang ke halaman istana tempat pesta ulang tahun putri Gilang Rukmini diadakan. Di depan istana sudah berdiri sebuah panggung yang megah. Rakyat bersorak-sorai saat Prabu dan Ratu menaiki panggung. Apalagi ketika akhirnya putri Gilang Rukmini keluar dari istana dan melambaikan tangannya. Rakyat sangat gembira melihat putri yang cantik jelita. Pesta pun berlangsung dengan tiba saatnya rakyat mempersembahkan hadiah istimewa mereka. Mereka memberikan kotak berisi hadiah itu kepada putri Gilang Rukmini. Prabu Suwartalaya membuka kotak tersebut dan mengeluarkan kalung beraneka warna yang sangat indah dan memberikannya kepada putri Gilang Rukmini. putri Gilang Rukmini memandang kalung itu dengan kening Suwartalaya memandang putrinya, “Ayo nak, kenakan kalung itu! Itu adalah tanda cinta rakyat kepadamu. Jangan kecewakan mereka nak!”“Iya putriku. Kalung itu sangat indah bukan. Ayo kenakan! Biar rakyat senang,” kata Ratu Purbamanah. “Bagus apanya? Kalung ini jelek sekali. Warnanya norak, kampungan! Aku tidak mau memakainya!” teriak putri Gilang membanting kalung itu ke lantai hingga hancur. Prabu Suwartalaya, Ratu Purbamanah dan rakyat Kutatanggeuhan hanya bisa tertegun menyaksikan kejadian itu. Lalu tangis Ratu Purbamanah pecah. Prabu dan Ratu begitu sedih dan terpukul melihat kelakuan semua yang hadir pun meneteskan air mata, hingga istana basah oleh air mata mereka. Mereka terus menangis hingga air mata mereka membanjiri istana, dan tiba-tiba saja dari dalam tanah pun keluar air yang deras, makin lama makin banyak. Hingga akhirnya kerajaan Kutatanggeuhan tenggelam dan terciptalah sebuah danau yang sangat indah. Konon, danau tersebut yang kini kita kenal sebagai Telaga Sarangan. 10 TOPIK MENARIK LAINNYApolo artinya dalam bahasa Jawa, kuku perkutut, Java tel aviv, kayu tlogosari, orang terkaya di dharmasraya, naskah drama bahasa sunda 10 orang, sunan pangkat, tokoh wayang berdasarkan weton, penguasa gaib pulau sumatera, Ki sapu angin
asal usul telaga warna dalam bahasa jawa